Selasa, 22 Februari 2011

HUBUNGAN MATEMATIKA DENGAN PSIKOLOGI

HUBUNGAN MATEMATIKA DENGAN PSIKOLOGI

Matematika merupakan dari bahasa Yunani yang berarti studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian.

Matematika juga kita dapatkan di temui dunia psikologi yang merupakan sebuah pendekatan untuk penelitan psikologi yang didasarkan pada model matematis persepsi, proses kognitif dan motorik, dan pada pembentukan aturan hukum seperti yang berhubungan dengan karakteristik stimulus diukur dengan cara perilaku terukur. Dalam prakteknya “perilaku kuantitatif” sering didasari oleh “kinerja tugas”. Sebagai kuantitatif perilaku adalah fundamental dalam teori pengukuran adalah topic sentral dalam psikologi matematika. Psikologi matematika sangat erat dengan psikometri. Namun, psychometrics berkaitan dengan perbedaan individual di sebagian besar variable statis, psikologi matematika sangat terfokus pada proses persepsi, kognitif, dan motorik proses disimpulkan dari “individu rata-rata”.
Matematika psikologi juga bagus untuk seorang anak yang dimulai dari umur 5 tahun. Dengan mengajarkan matematika terhadap anak, anak akan terlatih dengan berlaku sabar, cermat dan teliti terhadap suatu soal atau masalah. Namun, system pembelajaran matematika kepada anak dengan system bermain karena anak akan semangkin mengeksplor keingintahuannya terhadap pelajaran matematika. Kalau tidak dengan system bermain anak akan bosan dengan pelajaran matematika. Mungkin bisa dengan cara memberi hadiah terhadap anak yang aktif atau semangat mengikuti pelajaran matematika itu. Agar anak-anak semangkin semangat untuk belajar matematika.

Dalam psikologi anak untuk belajar matematika itu harus diawali dorongan keluarga. Pelajaran matematika itu pula wajib untuk semua anak selain pelajaran bahasa, agama, dan kewarganegaraan. Pelajaran matematika juga bukan hanya di sekolah saja, tapi orang tua juga perlu ikut serta dalam mengembangi ilmu matematika terhadap sang anak. Dengan contoh, ibu mengajak anaknya untuk berbelanja di supermarket dan ibu mengajak anak untuk mencoba menghitung yang dibelanja meskipun agak susah anak untuk menghitung tapi dengan bantuan sang ibu anak dapat menghitung dengan benar.

Jadi hubungan matematika itu sangat berkaitan dengan psikologi. Karena matematika berkaitan erat dengan angka-angka, dan psikologi berkaitan dengan perilaku manusia dan perkembangan. Kesimpulannya adalah bahwa matematika dapat digunakan dalam klasifikasi sifat-sifat manusia yang dipelajari psikologi, dan sebenarnya kedua ilmu tersebut sebenarnya jauh berbeda, matematika adalah ilmu pasti sedangkan psikologi adalah ilmu social. Jadi sudah dibuktikan bahwa sebenarnya memang matematika dapat digunakan di ilmu psikologi dalam konteks kehidupan sehari-hari.


Sumber : http://wikipedia.com